Selasa, 15 Maret 2011

halohalo

Halo semuaa
Kali ini saya mau bercerita, atau lebih tepatnya menjelaskan, tentang beberapa postingan saya yang sama atau mirip dengan blog kacamata dan computer. Ada setidaknya 4 video yang sama dan 2 tulisan kami yang hampir mirip. Hal ini dikarenakan kita bekerja bersama-sama pada saat itu, bukan karena menyontek atau plagiat.
Pada empat video itu sebenarnya kita kerja bareng-bareng. Saya sebagai reporter dan Angga (kacamata dan computer) sebagai kameramennya atau di satu waktu sebaliknya. Kita membuat video itu karena tuntutan tugas kuliah jurnalistik media elektronik. Pengambilan gambar dan edit video kira-kira menghabiskan waktu 8 hari. Hampir gila sebenarnya kita pada saat itu karena stress tapi Alhamdulillah berhasil dilewati dan diselesaikan dengan baik.
Untuk 2 tulisan tentang badut dan Helena, kita bekerja bareng-bareng lagi. Pencarian data-data narasumber kita lakukan bersama. Akan tetapi dalam penulisan, pemilihan kata, serta gaya bahasa menggunakan kemampuan masing-masing.
Mengerjakan tugas dengan Angga bisa dibilang sangat menyenangkan. Walaupun perbedaan pendapat kerap menghampiri tetapi secara garis besar sangat mengasyikan. Kami memiliki hubungan yang sangat baik dan memiliki chemistry yang bagus. Kami saling melengkapi, mendukung, dan belajar.
Kami mempelajari teknik pengambilan gambar dan pencarian informasi dari beberapa sumber. Awal mula kami tertarik dengan media elektronik adalah saat kami sama-sama PKL di TPI (sekarang MNC TV) ditambah dengan mengikuti pelatihan jurnalistik dengan ANTV.
Saya sangat berterima kasih karena adanya kesempatan tersebut. Saya yakin Angga juga sangat berterima kasih dan bersyukur dengan adanya kesempatan tersebut.

Ketika Menjadi Badut adalah suatu Pilihan

Taman Mini Indonesia Indah (TMII) merupakan suatu kawasan wisata budaya di Jakarta. Gagasan pembangunan suatu miniatur yang memuat kelengkapan Indonesia dengan segala isinya ini dicetuskan oleh Mantan Ibu Negara, Siti Hartinah, yang lebih dikenal dengan sebutan Ibu Tien Soeharto. Gagasan ini tercetus pada suatu pertemuan di Jalan Cendana no. 8 Jakarta pada tanggal 13 Maret 1970.
Miniature ini diharapkan dapat membangkitkan rasa bangga dan rasa cinta tanah air pada seluruh bangsa Indonesia. Maka dimulailah suatu proyek yang disebut Proyek Miniatur Indonesia "Indonesia Indah", yang dilaksanakan oleh Yayasan Harapan Kita.
TMII mulai dibangun tahun 1972 dan diresmikan pada tanggal 20 April 1975. Berbagai aspek kekayaan alam dan budaya Indonesia sampai pemanfaatan teknologi modern diperagakan di areal seluas 150 hektar.
Selain dijadikan objek wisata, Taman Mini juga dijadikan tempat mencari nafkah oleh sebagian orang. Contohnya penjual minuman, penjual makanan, penyewaan sepeda dan becak, penyewaan tikar, serta menjadi badut Taman Mini.
Pilihan pekerjaan yang disebutkan paling akhir mungkin yang menggelitik. Tidak banyak orang yang menginginkan pekerjaan ini. Akan tetapi demi menyambung hidup, rela dilakukan.
Badut Taman Mini sudah banyak orang yang tau. Namun bagaimana kehidupan para badut itu sendiri tidak banyak yang tahu.
Jaynuddin (23) atau lebih akrab dipanggil Jay adalah salah satu badut di Taman Mini. Jay sudah mendalami profesi ini selama 4 setengah tahun.
Awal mula ia menjadi badut karena ditawari temannya. Temannya sudah tidak sanggup menjadi badut dan menawarkan pekerjaan tersebut kepada Jay. Jay pun menerimanya dengan senang hati.
Sebelum menjadi badut, Jay pernah bekerja sebagai kuli bangunan. Apapun ia kerjakan agar tidak berdiam diri saja di rumah. Kehidupan keluarga Jay bisa dikatakan kurang mampu.
Pria kelahiran Jakarta ini bekerja menjadi badut setiap hari dari pukul 8 pagi sampai selesai. Hal ini tergantung dari stamina yang dimiliki. Bisa dikatakan jam kerja menjadi badut lebih fleksibel.
Pendapatan Jay sebagai badut ini tidak menentu. Walaupun banyak pengunjung yang datang belum tentu pengunjungnya mau berfoto dengan badut. Dalam sehari, Jay bisa mendapatkan pendapatan sekitar Rp 30.000,00.
Selama menjadi badut, pendapatan terbesarnya adalah Rp 50.000,00. Bagi Jay, pekerjaan menjadi badut ini lumayan, setidaknya bisa untuk makan dan rokok.
Lokasi tempat ia beroperasi sebagai badut adalah di lapangan parkir dan Keong Mas. Lokasi ini sudah menjadi jatah Jay untuk beroperasi. Sedangkan di lokasi lain sudah ditempati oleh kelompok badut yang lain.
Sebenarnya tempat yang paling bagus untuk bekerja sebagai badut adalah di tugu. Tetapi tempat tersebut sudah dihuni kelompok badut lain. Jay mengerti keadaan tersebut dan memilih untuk menerima saja.
Akan tetapi kepemilikan tugu sebagai tempat kelompok badut tertentu terjadi sampai pukul 16.00 WIB. Setelah pukul 16.00 WIB, badut-badut yang tadinya dilarang memasuki kawasan tersebut dibebaskan untuk beroperasi di tugu.
Di Taman Mini, tempat operasi badut sudah diatur sedemikian rupa agar tidak terjadi persaingan atau perkelahian. Selain pengaturan lokasi juga ada pengaturan kelompok badut untuk menempati lokasi tertentu. Satu kelompok berisi enam orang badut.
Jay merasa senang dan nyaman berada di kelompok badutnya ini. Kelompok badutnya ini sangat menghormati satu sama lain, saling peduli serta saling berbagi.
Kostum badut yang dipakai Jay merupakan milik sendiri bukan menyewa. Bahan kostum ia beli di Tanah Abang kemudian dijahit sendiri. Sedangkan kepalanya ia beli di sanggar di Jalan Kramat 4.
Untuk membuat kostum ini, modal yang dikeluarkan tidak sedikit. Bahkan termasuk mahal di jaman itu yaitu Rp 400.000,00. Akan tetapi modal Rp 400.000,00 di jaman sekarang tidak mencukupi sebagai modal kostum badut.
Pria kelahiran Jakarta ini tidak pernah mengalami perlakuan yang kurang menyenangkan dari pengunjung. Pengunjung pun juga tidak pernah protes kepadanya. Justru pengunjung merasa senang.
Sudah banyak suka duka yang dialami Jay selama menjadi badut. Duka yang paling diingat Jay apabila pengunjung ada yang berfoto tetapi tidak dibayar. Namun, ia hanya diam saja dan berharap pengunjung tetap merasa senang.
Pekerjaan menjadi badut bisa dikatakan pekerjaan musiman. Hal ini dikarenakan pekerjaan bisa berjalan kalau pengunjungnya ramai dan cuaca mendukung. Apabila turun hujan, para pengunjung pun berteduh dan badut tidak bisa bekerja.
Namun, hal tersebut tidak dipersoalkan oleh Jay. Sudah menjadi resiko setiap pekerjaan. Ia hanya bisa diam saja dan mengukir kembali harapannya.
Rasa malu menjadi badut dialami oleh Jay. Jay kadang merasa malu apabila ia bertemu dengan anak-anak seumurannya yang bermain atau sekedar berjalan-jalan di Taman Mini menggunakan pakaian sehari-hari. Sedangkan ia harus bekerja menggunakan kostum badut.
Perasaan tersebut segera ditepisnya. Ia berpikir buat apa sedih toh pekerjaan Jay adalah pekerjaan halal. Dan tidak semua orang bisa menghibur seperti badut.
Memang kebanyakan badut adalah wanita sedangkan pria adalah minoritas dalam pekerjaan ini. Ada rasa malu memang wajar tetapi selama bekerja halal untuk apa malu.
Menjadi badut juga menimbulkan kesenangan di hati Jay. Bisa dikatakan pekerjaan menjadi badut ini adalah sarana Jay untuk mengobati kekesalan dan kegundahan di hatinya.
Pria single ini mengakui bahwa menjadi badut bisa sebagai penawar kekesalan apabila di rumah terdapat masalah. Ia bisa menggoda anak kecil sampai anak kecil itu tertawa. Kalau anak kecil itu akhirnya tertawa, Jay pun merasa senang kembali.
Selain menjadi badut, Jay memiliki pekerjaan selingan sebagai tukang parkir. Ia menjadi tukang parkir apabila ada yang menikah di kompleks Taman Mini Indonesia Indah. Pekerjaan selingan ini dilakukan untuk menambah penghasilan menjadi badut.
Walaupun sedang bekerja sebagai tukang parkir, embel-embel badut masih melekat di dirinya. Banyak orang yang memanggil Jay dengan sebutan “anak badut”. Sebutan itu sendiri tidak membuat Jay sakit hati, justru ia terima dengan lapang dada.
Saat ditanya tentang keinginan mencari pekerjaan lain, anak keempat dari enam bersaudara ini tersenyum dan mengatakan bahwa ia ingin memiliki pekerjaan lain. Namun, ia tahu bahwa mendapatkan pekerjaan sekarang sulit. Orang yang tamat SMA banyak yang ditolak apalagi tamat SMP.
Jay menganggap pekerjaan yang diapat untuk lulusan SMP kemungkinan besar sebagai cleaning service. Itu pun gaji tidak seberapa. Sedangkan menjadi badut cukup menyenangkan
Ia menganggap bahwa bekerja sebagai cleaning service diatur-diatur atasan dan tidak bebas. Sedangkan menjadi badut lebih bebas dan tidak ada yang mengatur-ngatur.
Harapan Jay terhadap hidupnya di tahun ini agar ia bisa hidup dengan lebih baik lagi dan bisa lebih maju.
“Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri yang mengubahnya”