Dia
Aga, Dhin. Temen Sekelas Kita.
Akhirnya
mata kuliah hari Jumat ini berakhir juga. Aku tak sabar ingin pulang dan
menonton Gossip Girl, TV series America yang aku dapatkan dari sepupuku, Ian,
Aku adalah mahasiswa Komunikasi di Universitas Senayan. Banyak yang beranggapan
bahwa mahasiswa di Universitas ini adalah mahasiswa yang selalu bergaya. Asumsi
itu pun juga pernah datang ke benakku tetapi kemudian berangsur-angsur
menghilang seiring aku menjadi salah satu mahasiswanya.
Dosen
matakuliah ini memberi tugas untuk menambah bobot nilai menjelang UAS, aku sudah
mencatat dengan rapi.. Tinggal dikerjakan setelah nonton
Gossip Girl nanti malam. Sempurna!
Aku
sedang membereskan buku catatan tiba-tiba ada seseorang yang menepuk
pundakku, pelan.
“Dhin,”
panggilnya, dan membuatku menoleh dan menatap lelaki itu.
“Ada
apa?”
“Gue
mau tanya, tugas yang tadi maksudnya gimana ya? Gue agak kurang jelas.”
“Ooo.
Loe cari contoh lain dan penjelasan mengenai teori-teori komunikasi. Pilih satu
yang loe pengen kupas terus dicari contohnya. Sumbernya dari mana aja boleh.”
“Teori
komunikasinya yang mana aja boleh Dhin?”
“Boleh
ko, Ga. Yang penting loe paham sama teorinya.” Jawabku mantap sambil tersenyum.
Kulihat
dia mengangguk-anggukan kepalanya. Mungkin dia sudah mengerti, pikirku.
“oke
dhin, gue paham. Makasi ya.” Ujar lelaki itu sambil pergi dan menyunggingkan
senyum menampilkan gigi kanannya yang gingsul.
Pria
itu adalah Aga. Salah satu teman sekelasku di kampus ini. Aku tidak terlalu
mengenalnya, secara aku duduk di bangku barisan depan sedangkan dia di bangku barisan paling
belakang. Bahkan saat semester 1 pun aku tak tahu kalau punya teman sekelas
bernama Aga Bratayudha. Dia jarang masuk, dan baru kelihatan saat semester 2
ini. Itu pun baru seminggu yang lalu, saat temanku, Sila, sedang bersamaku dan
menyapanya.
“Hai
Ga!” Sapa Sila yang melihat Aga lewat di depan kelas.
“Hai
Sil” Ucap Aga, sambil tersenyum, membalas sapaan Sila.
Aku
yang mendengar Sila menyapa seseorang otomatis menoleh dan melihat sesosok
lelaki itu. Setelah lelaki itu berlalu, aku bertanya pada Sila
“Loe
kenal? Anak baru ya?”
“Bukan
kali, Dhin. Dia itu temen sekelas kita. Namanya Aga”
“Kok
gue baru lihat? Jarang masuk?”
“Sepertinya
begitu.”
Aku
menoleh ke belakang untuk melihat lagi sosok lelaki bernama Aga, lelaki yang
memiliki kulit sawo matang, mata besar, hidung mancung, dan memiliki gingsul di
bagian kanan dengan gaya rambut mohak turun, Aku memang baru melihatnya hari
ini. Setelah hampir 2 semester kulewati di kampus ini.