Senin, 28 Januari 2013

Cerita Cinta untuk Kekasih 1


Dia Aga, Dhin. Temen Sekelas Kita.

Akhirnya mata kuliah hari Jumat ini berakhir juga. Aku tak sabar ingin pulang dan menonton Gossip Girl, TV series America yang aku dapatkan dari sepupuku, Ian, Aku adalah mahasiswa Komunikasi di Universitas Senayan. Banyak yang beranggapan bahwa mahasiswa di Universitas ini adalah mahasiswa yang selalu bergaya. Asumsi itu pun juga pernah datang ke benakku tetapi kemudian berangsur-angsur menghilang seiring aku menjadi salah satu mahasiswanya.

Dosen matakuliah ini memberi tugas untuk menambah bobot nilai menjelang UAS, aku sudah mencatat dengan rapi.. Tinggal dikerjakan setelah nonton Gossip Girl nanti malam. Sempurna!

Aku sedang membereskan buku catatan tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundakku, pelan.

“Dhin,” panggilnya, dan membuatku menoleh dan menatap lelaki itu.

“Ada apa?”

“Gue mau tanya, tugas yang tadi maksudnya gimana ya? Gue agak kurang jelas.”

“Ooo. Loe cari contoh lain dan penjelasan mengenai teori-teori komunikasi. Pilih satu yang loe pengen kupas terus dicari contohnya. Sumbernya dari mana aja boleh.”

“Teori komunikasinya yang mana aja boleh Dhin?”

“Boleh ko, Ga. Yang penting loe paham sama teorinya.” Jawabku mantap sambil tersenyum.

Kulihat dia mengangguk-anggukan kepalanya. Mungkin dia sudah mengerti, pikirku.

“oke dhin, gue paham. Makasi ya.” Ujar lelaki itu sambil pergi dan menyunggingkan senyum menampilkan gigi kanannya yang gingsul.

Pria itu adalah Aga. Salah satu teman sekelasku di kampus ini. Aku tidak terlalu mengenalnya, secara aku duduk di bangku barisan depan sedangkan dia di bangku barisan paling belakang. Bahkan saat semester 1 pun aku tak tahu kalau punya teman sekelas bernama Aga Bratayudha. Dia jarang masuk, dan baru kelihatan saat semester 2 ini. Itu pun baru seminggu yang lalu, saat temanku, Sila, sedang bersamaku dan menyapanya.

“Hai Ga!” Sapa Sila yang melihat Aga lewat di depan kelas.

“Hai Sil” Ucap Aga, sambil tersenyum, membalas sapaan Sila.

Aku yang mendengar Sila menyapa seseorang otomatis menoleh dan melihat sesosok lelaki itu. Setelah lelaki itu berlalu, aku bertanya pada Sila

“Loe kenal? Anak baru ya?”

“Bukan kali, Dhin. Dia itu temen sekelas kita. Namanya Aga”

“Kok gue baru lihat? Jarang masuk?”

“Sepertinya begitu.”

Aku menoleh ke belakang untuk melihat lagi sosok lelaki bernama Aga, lelaki yang memiliki kulit sawo matang, mata besar, hidung mancung, dan memiliki gingsul di bagian kanan dengan gaya rambut mohak turun, Aku memang baru melihatnya hari ini. Setelah hampir 2 semester kulewati di kampus ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar